Begitulah seharusnya tugas yang harus dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika maupun para ahli cuaca. Mereka harus aktif untuk bisa membagi informasi berkaitan dengan fenomena alam yang akan terjadi.
Sekarang ini musim hujan mulai tiba. Berbeda dengan biasanya, curah hujan di awal musim hujan kali ini langsung dengan intensitas tinggi. Bahkan dalam beberapa hari ke depan, hujan akan bisa berlangsung lama dari siang hingga malam hari.
Ada dua hal yang harus menjadi perhatian berkaitan dengan curah hujan yang sangat tinggi. Pertama adalah daya dukung lahan, khususnya daya tampung dari sungai-sungai yang ada. Kedua, faktor ancaman longsor akibat rapuhnya poros-poros tanah yang ada.
Peringatan itu bukanlah mengada-ada karena seperti di Pondok Labu, Jakarta Selatan, kita langsung lihat banjir bisa mencapai 2 m. Sementara itu di Sumatera Barat, longsor menyebabkan empat penduduk dilaporkan tewas.
Memang ancaman bencana yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan apa yang terjadi di Thailand. Di sana faktor penyebab banjir besar adalah badai hujan yang melanda Thailand.
Namun seperti biasa, faktor ancaman bahayanya tetap sama. Banyak warga harus menjadi korban ketika bencana alam terjadi karena penduduk kita yang banyak dan di banyak daerah, tingkat kepadatannya sudah berada di atas batas normal.
Untuk itu kita harus menerjemahkan peringatan tersebut ke dalam tindakan yang nyata. Kita harus menyiapkan peralatan penyelamatan yang dibutuhkan. Semua tenaga terlatih untuk tindak penyelamatan harus sudah bersiaga.
Bahkan kita sudah harus menetapkan tempat-tempat yang ada menjadi penampungan para korban. Di sana sudah harus kita bangun segala kebutuhan dasar bagi warga yang terkena musibah, khususnya berkaitan dengan sanitasi.
Karena ancaman yang nyata, persiapan menghadapi bencana banjir jangan lagi menunggu sampai bencana benar-benar tiba. Kita harus membangunnya mulai dari sekarang. Kalau pun nanti tidak terpakai, ya kita semuanya bersyukur dan mengharapkan itu terjadi. Namun kalau sampai bencana banjir itu benar-benar datang, kita sudah sepenuhnya siap.
Begitulah sikap yang harus dibangun saat menghadapi bencana. Ukuran keberhasilan justru ketika bencana tidak terjadi atau tidak terjadi korban. Kita tidak perlu merasa rugi kalau pun bencana tidak sampai merugikan rakyat, karena kita harus berupaya agar rakyat memang tidak sampai menjadi korban.
Langkah penanganan ini tidak boleh hanya bertumpu pada tingkat nasional. Bahkan langkah antisipasi harus dilakukan pada tingkat yang paling rendah yaitu rukun tetangga dan rukun warga.
Mereka harus tahu seperti apa lingkungan mereka. Karena tahu lingkungan dan profil warganya, mereka pasti tahu apa yang paling dibutuhkan ketika bencana kelak tiba.
Jangan sampai kita menyesal ketika bencana terjadi. Kita tergagap-gagap dalam menghadapi banjir karena tidak siap. Akibatnya kita semua akan merasa terpukul karena banyaknya korban yang menderita karena bencana ini.
Sekali lagi apa yang terjadi di Thailand harus menjadi pelajaran kita bersama. Bagaimana banjir besar yang terjadi menelan lebih dari 400 jiwa warga. Pemerintah Thailand harus menyiapkan ratusan triliun rupiah untuk memulihkan keadaan.
Banyak hal yang memang harus kita kerjakan untuk mengantisipasi datangnya musim hujan. Apalagi banyak prasarana yang belum siap, karena baru dilakukan pembangunan. Seperti apa yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta yang baru mulai membangun gorong-gorong di pusat kota, saat musim hujan akan tiba.
Terutama Jakarta memang tidak bisa menghindar siklus banjir besar lima tahunan. Kita pernah mengalami tahun 2002 dan 2007. Tahun depan tahun 2012 bukan mustahil akan bisa terjadi melihat fenomena alam yang tidak biasanya.
Sekali lagi, kita sangat bersyukur kalau peringatan itu tidak sampai terjadi. Namun kita tidak boleh kecolongan ketika bencana itu tiba, karena peringatan dari ahli sudah disampaikan.
Sumber : Metrotvnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar