Detikhealth - Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi paparan polusi udara. Salah satunya posisi duduk penumpang di bus juga turut mempengaruhi jumlah polusi yang terhirup.
Studi yang dilakukan oleh Imperial College London, Profesor Roy Colville menemukan bahwa duduk di sisi pengemudi bus (dekat dengan mesin) bisa meningkatkan paparan terhadap polutan sebesar 10 persen.
Untuk itu bagi orang yang sering menggunakan bus umum untuk bepergian sebaiknya pilih tempat duduk di sisi yang berlawanan dengan bangku pengemudi untuk menghindari paparan polutan.
Jika memang penumpang terpaksa harus duduk di sisi pengemudi misalnya di bangku belakang supir, sebaiknya gunakan masker, sapu tangan atau tisu untuk mengurangi paparan polutan masuk ke dalam paru-paru.
Yang harus diperhatikan penumpang tahu posisi mesin dan jangan memilih bangku yang terlalu dekat dengan posisi mesin.
Sebuah penelitian yang diterbitkan The Lancet bulan Maret ini menuturkan bahwa polusi udara merupakan pemicu utama terjadinya serangan jantung serta gangguan pada sistem pernapasan terutama paru-paru.
Para peneliti menemukan orang yang menghabiskan waktu di jalan baik sebagai pengemudi atau pejalan kaki memiliki faktor risiko terkena serangan jantung. Selain itu partikel yang terkandung dalam polusi udara memiliki ukuran kurang dari 10 mikron yang membuatnya dapat masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan radang.
"Partikel ini meningkatkan risiko masalah pernapasan dan juga kekakuan dari darah. Jadi jika seseorang punya
penyakit jantung koroner akan meningkatkan risiko terkena serangan jantung, dan penderita asma cenderung mengalami serangan pada saat tingkat polusi tinggi," ujar Jon Ayres, profesor kesehatan lingkungan dan pernapasan dari University of Birmingham, seperti dikutip dari
Dailymail, Rabu (16/3/2011).
Berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi jumlah polutan yang ada di lingkungan, seperti jumlah kendaraan yang ada serta perubahan cuaca yang menyebabkan lonjakan polusi udara.
"Ketika berangin tingkat polusinya lebih rendah karena partikel tertiup, tapi jika cuaca panas maka akan meningkatkan suhu yang membuat polusi udara meningkat. Sedangkan pada musim hujan diperkirakan membantu membersihkan udara dari polutan yang membuat jumlahnya berkurang," ujar Jon Ayres yang juga ketua Committee on the Medical Effects of Air Pollutants (COMEAP).
- Detikhealth -