Mengabadikan perjuangan Simon Santoso dkk. lewat gambar memang mengasyikkan. Namun, tentunya jangan sampai hal tersebut malah mengganggu para atlet.
Delapan ribu orang memenuhi Istora Senayan, Selasa (15/11/2011), ketika tim bulutangkis beregu putra Indonesia menghadapi Malaysia di babak final. Sorak sorai memberi semangat itu tak sia-sia lantaran Indonesia akhirnya berhasil meraih medali emas.
Suara gendang berpadu dengan teriakan "In.. Do.. Ne.. Sia!". Sementara suporter yang lain sibuk mengabadikan momen dengan menggunakan kamera ponsel atau pun LSR.
Nah, di sinilah hal yang menjadi perhatian dari panitia.
"Mohon tidak menggunakan blitz. Nanti mengganggu," seru seorang panitia yang berdiri dekat tribun media kepada seorang penonton. Mengabadikan momen dengan kamera memang tidak dilarang, asalkan tidak menggunakan blitz. Alasannya? Hal tersebut bisa mengganggu konsentrasi atlet.
Larangan menggunakan blitz sesungguhnya adalah hal yang biasa ditemukan di olahraga dalam ruangan, termasuk tenis dan tinju. Bahkan dalam olahraga tenis, penonton "dilarang berisik". Dituntut untuk tenang. Mereka cuma boleh bersorak dan bertepuk tangan saat bola mati.
Dukungan luar biasa untuk atlet-atlet nasional memang layak untuk diapresiasi. Bahkan Simon Santoso sendiri mengakui dukungan penonton memberinya semangat untuk meraih kemenangan.
Namun, tentunya peraturan-peraturan tertentu juga harus ditaati supaya menonton perjuangan atlet jadi lebih tertib.
- Detiksport -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar