Masa depan adalah misteri. Hitung berapa banyak film yang berangan-angan tentang yang terjadi di masa depan. Dalam 'The Island' manusia sanggup mengkloning manusia lain untuk diambil intisari organnya agar mereka bisa hidup lebih lama. Dalam 'Wall-E' manusia tinggal di sebuah kapal pesiar luar angkasa sementara bumi dipenuhi oleh sampah yang sedang dibersihkan oleh robot-robot kecil lucu yang kesepian.
Dalam 'In Time' digambarkan, manusia tidak bertambah usia setelah berumur 25 tahun. Tapi, mereka mempunyai jam digital yang terus berjalan setiap saat di pergelangan tangan mereka. Anda kehabisan waktu, Anda mati. Dalam kasus ini, waktu benar-benar uang. Anda membeli kopi, menyewa hotel, membayar untuk makan malam, semua dilakukan dengan mengambil waktu dari sisa hidup Anda.
Adalah Will Salas (Justin Timberlake), seorang pemuda dari lingkungan miskin yang harus bekerja setiap harinya agar jam di tangannya terus bergerak. Suatu malam, seorang lelaki bernama Henry Hamilton (Matt Bomer) dikeroyok oleh sebuah gangster yang dipimpin oleh Fortis (Alex Pettyfer). Will kebetulan sedang ada di sana. Ditolonglah si Henry yang dibalas dengan tambahan waktu hampir satu abad untuk Will.
Namun, hal itu ternyata bukan hal yang seratus persen positif. Tambahan waktu misterius untuk Will berarti sebuah pekerjaan rumah untuk Timekeeper Raymond Leon (Cillian Murphy). Will akhirnya bertemu dengan Sylvia Weis (Amanda Seyfried), putri seorang pebisnis kaya raya dan bersamanya Will mencoba melarikan diri dari kejaran Raymond.
Secara sekilas tidak ada yang salah dengan 'In Time'. Semuanya berjalan dengan sempurna. Pertama, premisnya supermenarik. Hanya dengan membaca dua paragraf sinopsis di atas, Anda pasti sudah bersiap untuk meluangkan dua jam di sela kesibukan Anda untuk melihat aksi Will dikejar waktu.
Kedua, film ini ditangani oleh orang-orang yang luar biasa. Visualnya supermenarik, dikerjakan oleh Roger Deakins. 'In Time' terlihat sangat modern dan convincing sebagai film sci-fi dengan warna-warna gelap (sekaligus terang benderang) yang mencolok. Jangan lupakan veteran Coleen Atwood yang menjadi langganan Oscar atas kepiawaiannya menangani wardrobe. Di sini Atwood 'bermain' elegan. Hampir seluruh karakter dalam film ini memakai jas dan gaun malam yang indah.
Ketiga, dream cast. Ini adalah penampilan Justin Timberlake setelah hingar bingar 'The Social Network'. Setelah diasah oleh David Fincher, kita tahu bahwa penyanyi ini punya kharisma acting yang mumpuni. Dalam 'In Time', Timberlake memang tidak luar biasa, namun pesonanya tidak terbantahkan. Amanda Seyfried jauh lebih sedap dipandang ketimbang penampilan terakhirnya di 'Red Riding Hood'.
Selain cocok memegang senjata, Seyfried juga cocok berdampingan dengan Timberlake. Cillian Murphy sebagai penjahat, Alex Pettyfer sebagai bandit licik, dan Olivia Wilde sebagai ibu Justin Timberlake melengkapi ensambel cast film ini. Dari sini saja, 'In Time' terlihat semakin menarik. Lalu, apa yang salah?
Andrew Niccol bukan pertama kalinya menyutradari sekaligus menulis film sci-fi. Ada 'Gattaca' yang dirilis pada 1997 yang menjadi film pertamanya sekaligus menjadi film sci-fi yang masih jadi panutan sampai sekarang. Kesalahan terbesar Andrew Niccol, dia terlalu terbuai dengan premis yang sudah keren itu sehingga jadi heboh sendiri dengan jalannya cerita.
Di tengah-tengah film, 'In Time' kelelahan mengejar durasi sehingga akhirnya membuangnya sia-sia dengan kejar-kejaran tidak begitu penting dan intrik yang kurang menarik. Di tangan sutradara yang bagus, film ini mestinya menjadi luar biasa tanpa 'selipan pesan moral' ala Robin Hood yang merusak taste film ini. Tapi, untuk sebuah hiburan, 'In Time' sudah lebih dari cukup.
Sumber : DetikHot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar