Detikhot - 'Captain America' adalah sebuah film propaganda yang sarat pesan moral nasionalisme Amerika sang polisi dunia. Tapi, film ini tetap sedap untuk dinikmati. Ini adalah sebuah film asyik yang menghibur, apalagi dalam format 3D. Tapi, apa itu propaganda? Dan, apa itu pesan moral?
Dahulu ada istilah pesan moral atau amanat cerita. Tapi, kini bagi sebagian orang, hal itu dikaitkan dengan moral dan agama, dan biasanya dihindari. Saya cenderung dengan pendapat yang menyatakan bahwa istilah "pesan moral" yang awalnya adalah istilah dari dunia kesusastraan itu sama dengan "pernyataan sutradara".
Seorang filmmaker harus punya director’statement. Sutradara membuat film karena ingin ngomong sesuatu, bukan? Pada akhirnya, setiap media adalah propaganda. Dan setiap film yang baik haruslah punya pernyataan sutradara.
Ada kisah menarik. Pada suatu hari, oleh Presiden Soekarno, Usmar Ismail—sang Bapak Film Indonesia--disuruh menilai film macam apa yang bisa melayani revolusi kala itu. Apakah semacam film Uni Soviet yang kental dengan propaganda tapi membosankan? Atau, model Hollywood yang mengasyikkan tapi pelan-pelan mempengaruhi pikiran penontonnya, walau kadang tak disadari?
Usmar bilang, film Hollywood adalah film yang jauh lebih berbahaya dalam konteks efektivitas propagandanya, karena penonton menikmatinya (walau akhirnya dia pilih jalan tengah: Neorealisme Italia yang menghibur tapi sarat pernyataan sikap filmmakernya). 'Captain America' adalah contoh film yang menegaskan propaganda Hollywood itu.
Oke, cukup ceramah tentang "propaganda" dan "pesan moral", mari kita kembali ke film garapan Joe Johnston ini.
Dari namanya saja sudah sangat Amerika, jauh lebih Amerika daripada Rambo yang mengalahkan Vietkong dan mujahid Afghanistan sendirian. Belum lagi kostum dan logo di tameng yang bermotifkan bendera Amerika. Tokoh ini lahir dari komikyang pertama kali beredar Maret 1941. Di tengah perang dunia ke-2, komik itu laku keras.
Karakter Captain America pun berangsur hilang popularitasnya saat perang berakhir, dan kembali popular pada 1964. Sedari awal, karakternya memang menjadi simbol Amerika yang bertujuan memenangkan peperangan melawan kezaliman Hitler dan lawan politik AS.
Dari karakternya, pun terlihat sekali "semangat pramuka" nasionalisme Steve Rogers (Chris Evans) yang epik dan dilekatkan dengan semua sifat kebaikan: ksatria, membela yang lemah walau ia sendiri lemah dan acap digebuki, pantang menyerah, dan mendahulukan kepentingan orang banyak. Ada banyak adegan yang menunjukkan hal itu.
Steve yang kerempeng dan sakit-sakitan ditolak berkali-kali masuk Militer AS (karena ia amat sangat ingin membela AS dan membuatnya malas mencari pacar). Dengan berbagai KTP palsu, ia terus mencoba. Ia juga membela orang lemah di bioskop, walau pada akhirnya ia sendiri yang menjadi bulan-bulanan.
Pada akhirnya, Steve yang secara fisik lemah dan pendek itu pun terpilih untuk menjadi prototype Tentara Super, karena hatinya yang bersih dan tulus itu. Maka berubahlah Steve menjadi kekar dan berotot (di sini tampak kehebatan efek spesialnya).
Seperti dalam 'Inglorious Basterd', ia pun membentuk tim dan mulai beraksi melawan Nazi. Urusan teknologi, ada Howard Stark (Dominic Cooper) yang berperan semacam Q dalam film-film James Bond.
Musuh besar Captain America adalah Red Skull, alias Johann Schmidt (Hugo Weaving) (yang adalah salah satu tangan kanan Hitler di bidang riset sains, dan membentuk sekte Hydra) yang juga mempunyai kekuatan super. Dibantu Dr. Arnim Zola (Toby Jones), ia berhasil melakukan eksperimen yang membuatnya menjadi uber-mensch, penafsirannya akan konsep "manusia super" a la Nazi.
Jika Captain America mempunyai kekuatan berdasarkan perhitungan ilmu pasti, Red Skull mengeksplorasinya berdasarkan mitologi kuno. Tentu saja, sebagaimana film propaganda lainnya, ia pun mengikuti pakem-pakem yang mudah ditebak, namun tak membosankan untuk diikuti.
Jagoannya lemah tapi punya tujuan, jagoannya terhambat banyak hal, dan akhirnya yang baik akan mengalahkan yang jahat, dan penonton pun senang. Tak usah disebut spoiler untuk membocorkan hal ini, karena inilah formula genre superhero yang lazim berlaku. Tentu saja, ada pemanis dari berbagai aksi yang sangat laki-laki ini. Dialah Peggy Carter (Hayley Atwell).
Adegan aksi dan laga sungguh seru dan menawan. Silakan lihat bagaimana misi pertama sang kapten membebaskan para tawanan perang yang secara resmi sudah dinyatakan gugur dalam tugas. Atau adegan perkelahian di kereta api yang melewati pegunungan dan tebing yang curam.
Yang menarik, embel-embel "The First Avenger" adalah sebuah kata kunci yang menarik hati banyak penonton, khususnya yang tahu The Avengers, sebuah kelompok superhero Marvel (Semacam Justice League). Mereka adalah, di antaranya, Iron Man, Hawkeye, the Vision Wasp, Quicksilver, Wonder Man, Thor, Hulk, dan Namor the Sub-Mariner.
Mereka akan melawan Klaw, The Living Laser, Whirlwind, The Sentinels, Wizard, the Grim Reaper, the Mandarin, The Juggernaut, Ultron, and the assassin Crossbones. Dengan adanya subjudul "Avenger Pertama", tentulah akan sekuelnya. Bagaimana sekuelnya? Siapa saja superhero yang akan muncul? Siapa saja musuh supernya?
Jika Anda sabar dan menonton hingga benar-benar selesai, Anda akan mendapatkan bonus bocorannya. Dan bila kita melihat imdb.com, maka akan terlihat nama Chris Hemsworth (sebagai Thor), Chris Evans (Steve Rogers/Captain America), Scarlett Johansson (Natasha Romanoff/Black Widow), Robert Downey Jr (Tony Stark/Iron Man), Jeremy Renner (Clint Barton/Hawkeye), dan Mark Ruffalo (Bruce Banner yang menjadi Hulk). Selamat menunggu.
Inilah film propaganda berdurasi 124 menit yang penuh dengan pesan moral, tapi tetap asyik untuk dinikmati. Apalagi adegan aksi dan laganya! - detikhot -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar